Minggu, 01 Mei 2016

Analisis Warcraft 3 frozen throne : Softskill Pengantar teknologi game

Permainan Daring (Online Games) adalah jenis permainan komputer yang memanfaatkan jaringan kompuer. Jaringan yang biasanya digunakan adalah jaringan internet dan yang sejenisnya serta selalu menggunakan teknologi yang ada saat ini, seperti modem dan koneksi kabel. Biasanya permainan daring disediakan sebagai tambahan layanan dari perusahaan penyedia jasa online, atau dapat diakses langsung melalui sistem yang disediakan dari perusahaan yang menyediakan permainan tersebut. Sebuah game online bisa dimainkan secara bersamaan dengan menggunakan computer yang terhubung ke dalam sebuah jaringan tertentu.

Frozen Throne hanya bisa ditemui pada menu campaign (perang dengan misi-misi tertentu yang spesifik) dalam mode single player (permainan tunggal). Ada 4 campaign berbeda di mana setiap ras memiliki campaignnya sendiri-sendiri. Jika pemain sudah menyelesaikan campaign dari suatu ras, maka pemain bisa melanjutkan ke campaign milik ras berikutnya dengan urutan Night Elf,Human,dan Undead sebagai campaign terakhir.(Orc mempunyai campaign sendiri.)
Cerita Warcraft III:Frozen Throne bermula ketika Maiev Shadowsong,sipir penjaga penjara Illidan Stromrage,mengejar Illidan di Azarha bersama Naisha,temannya.Di sana Illidan membuat pasukan perang bernama 'Naga'.ada yang berbentuk duyung,kadal,kura-kura,dan seekor burung aneh.Maiev mengejar sampai di Tomb Of Sargeras.Sialnya di sana Naisha mengorbankan dirinya demi keselamatan Maiev.
Karena terdesak,Maiev mengirim utusan kepada Tyrande Whisperwind dan Malfurion Stromrage.Illidan langsung melarikan diri.Di Silverpine Forest Malfurion pergi ke hutan memadamkan hutan dari kebakaran,sedangkan Maiev dan Tyrande membantu Prince Kael'Thes dari Human yang menyiapkan bantuan kepada atasannya.
Kael bersedia membantu Maiev mengalahkan Illidan (Malfurion kalap karena Tyrande tercebur ke sungai dan menghilang).Illidan akhir terkalahkan.malfurion lalu meneriaki Illidan bahwa Illidanlah penyebab kematian Tyrande.Illidan kaget dan bersedia membantu Malfurion tetapi Maiev bersikeras menangkap Illidan.Tetapi Malfurion berhasil menahan Maiev dan pergi bersama Illidan.
Ternyata Tyrande berada tak jauh dari Silverpine Forest dan diancam Undead. Bersama-sama dengan Malfurion, Illidan berusaha menyelamatkan Tyrande. Mereka pun berhasil. Malfurion pun memutuskan berpisah dengan Illidan dengan janji bahwa Illidan tidak boleh mengganggu rakyatnya. Tetapi Maiev yang terobsesi akan pengejarannya dengan Illidan mengejar Illidan.
Bersamaan dengan kejaidan itu Prince Kael'Thes telah tiba membawa bantuan untuk atasanya dan dia pund di perintah untuk memata matai undead yang berada di pulau yang sama. Tetapi sayang Prince Kael'Thes tidak mampu melawan kekuatan undead. di samping itu mereka kedatangan bantuan dari tim naga Lady Vashj. tapi sayangnya atasan kael mengetahui bantuan itu. menganggap bahwa kael telah berhianat dari ras human. setelah pasukan keal dipenjara Lady Vashj membantu Kael lolos dari penjara. saat kabur dari penjara. penjara itu sudah dipenuhi ras undead yang bertempur melawan human. mereka pun melarikan diri ke burning land. ditengah jalan mereka bertemu Maiev yang berhasil menangkap Illidan. setelah berhasil membebaskan Illidan mereka pun menjadi sekutu dan mengahncurkan gerbang burning legion. Setelah itu, mereka membunuh Magtheridon dan mengklaim Outland. Illidan bertemu Kil'jaeden yang memberinya kesempatan sekali lagi untuk menghancurkan The Frozen Throne.
Di Lordaeron, Arthas memberitahu para Dreadlord bahwa Burning Legion telah terkalahkan dan menobatkan dirinya menjadi raja. Arthas kemudian memerintahkan Kel'thuzad dan Sylvanas untuk menghancurkan sisa-sisa penduduk human. Lich King memberitahu Arthas bahwa bahaya mendekati Lich King dan kekuatan Arthas berkurang. Kel'thuzad membantunya pergi ke Norhtland. Dreadlord menjebak Arthas, namun Arthas berhasil keluar. Para banshee datang dan membantunya. Mereka bertemu Sylvanas di tengah jalan yang ingin membunuh Arthas. Kel'thuzad berhasil mencegahnya dan Sylvanas pun pergi.
Sylvanas didatangi salah satu Dreadlord, Varimathras yang mengajaknya untuk bergabung dengan dua Dreadlord lainnya. Sylvanas menolak dan kemudian menghancurkan camp Varimathras. Varimathras memohon ampun dan berjanji untuk membantu Sylvanas membunuh kedua Dreadlord lain. Sementara di Northland, Arthas telah sampai dan bertemu Anub'arak. Anub'arak memberitahukannya bahwa dia datang untuk membantu Arthas. Prince Kael'thas mendatangi mereka, memberitahukan bahwa Illidan dibelakang semua ini. Anub'arak lalu memberitahu bahwa ada jalan pintas menuju ke Icecrown Glacier.
Kembali ke Lordaeron, Sylvanas dan Varimathras berencana untuk menghancurkan Detheroc, Dreadlord pertama yang dibantu oleh Garithos. Setelah membunuh Detheroc, Sylvanas berjanji kepada Garithos untuk merebut ibukota Lordaeron dari Balnazzar. Setelah camp Balnazzar hancur, Sylvanas menyuruh Varimathras untuk membunuh Balnazzar dan juga Garithos. Sylvanas lalu menamakan dirinya dan pengikutnya The Forsaken.
Di Northland, Arthas dan Anub'arak bertemu para Dwarves pimpinan Baelgun. Arthas dan Anub'arak kemudian membunuh Baelgun dan melanjutkan perjalanan. Setelah sampai, Lich King menghubungi Arthas lagi dan berusaha untuk menyembuhkan kekuatan Arthas. Anub'arak memberitahu Arthas bahwa ada 4 Obelisk menuju gerbang The Frozen Throne dan pasukanIllidan sudah dekat. Arthas berhasil masuk dan melihat Illidan juga berusaha untuk masuk. Arthas berhasil membunuh Illidan dan kemudian menghancurkan Frozen Throne untuk membebaskan Lich King. Arthas lalu mengambil helm Lich King dan kemudian bersatu dengan Lich King.

Warsong Hold

Bangunan utama dari Warsong Clan.

Warsong Hold
Warsong Barracks

Bangunan untuk membuat pasukkan.
Warsong Barracks
                                       Warsong War Mill

                                      memberikan kayu untuk membuat armor ataupun senjata.

Warsong War Mill
 Warsong Supply Storage

                                               menyuplai bangunan untuk memanggil prajurit
Warsong Supply Storage
Warsong Forward Camp Hall

Bangunan untuk mendapatkan gold untuk membuat pasukkan

Warsong Forward Camp Hall
Warsong Altar of Destiny

Altar building: allows you to summon additional Warsong Clan heroes.

Warsong Altar of Destiny
Warsong Spirit Lodge

membuat spell

Warsong Spirit Lodge
Warsong Beastiary

bangunan kavaleri dan selebaran banguna dari Warsong Clan.

Warsong Beastiary

 Berikut adalah beberapa aplikasi yang biasa digunakan untuk membuat game sebagai berikut:

Membuat Game Berbasis Flash

1. AlbinoBlackSheep

2. FlashKit

3. Kirupa

4. Lassie Adventure Studio

5. Sploder

Membuat Game Standard dan Panduannya
6. Anim8or

7. Byond

8. Game Discovery

9. Martin Piecyk’s Website

10. VGMusic

11. Visionaire2d

12. YoYoGames

Membuat Game RPG
13. Charas-Project

14. CrankEye

15. DualSolace

16. FreeMMORPGMaker

17. PhanxGames

18. PlayerWorlds

19. RPG Maker

20. RPGCrisis

21. RPG Revolution




Yang terakhir , tapi pasti tidak sedikit , lapangan di Tab ini adalah ' Peta Files : ' lapangan .
Bidang ini menangani semua peta yang dihubungkan oleh Kampanye. Klik kanan pada Kampanye - Nama di bidang ini ( Nama yang sama seperti di sebelah kiri Anda ) dan pilih ' Add peta ' kemudian menelisik peta pertama Anda , dan ulangi untuk peta kedua Anda .
Tab General Anda akan terlihat seperti ini:

(Image)



field pertama , yang terbesar di tengah Tab : ' Kampanye Layar Tombol ' .
Klik kanan pada bidang ini dan memilih ' Add Button' .
Anda akan diminta untuk mengisi beberapa bidang :
Bab - Nama bab , saya lebih suka menyebut peta pertama : ' Chapter One ' , kedua : ' Bab Dua ' , 
ketiga : ' bab tiga ' , dan sebagainya .
Judul - ini adalah judul tombol ( lihat gambar di bawah ) , nama itu sesuatu yang " keren " seperti : 
' Suatu hari di Angkatan Darat , atau apa pun yang Anda sukai .
File Loaded - Nilai ini memutuskan apa yang memetakan Anda ingin memuat , 
ketika Anda menekan tombol ini .
Terlihat - Jika Anda mencentang kotak ini , Anda akan dapat mulai dari peta ini . ( Saya memilih untuk memeriksa kotak ini 
, hanya untuk peta pertama - . Sehingga tidak ada dapat melewati tingkat pertama . )

(Image)





(Image)



Kustom Efek Kabut - Saya tidak tahu apa hal ini . menebak saya adalah bahwa kabut akan muncul dan terlihat
 " keren " di layar loading , ketika Anda memilih jika Anda ingin memulai kampanye atau tidak . Anda dapat mengubah
 warna dan pengaturan lanjutan lainnya untuk ini . -Lebih Kepalaku 

(Image)
Referensi;
http://www.moddb.com/mods/warcraft-iii-nirvana
https://id.wikipedia.org/wiki/Permainan_daring
http://ariefyuswi.blogspot.co.id/2012/03/cara-pembutan-game-dan-aplikasi-yg.html
http://world-editor-tutorials.thehelper.net/cat_usersubmit.php?view=98782

Minggu, 03 April 2016

Tugas Softskill Game

Analisa Permainan Warcraft III: Frozen Throne

Warcraft III: The Frozen Throne adalah sebuah game real team strategy komputer yang dikembangkan untuk Microsoft Windows, MAC OS oleh Blizzard Entertainment dan dapat dimainkan dalam Linux dengan menggunakan Wine atau Cadega. Game ini adalah pak ekspansi resmi dari game warcraft III: Reign of chaos dengan beberapa tambahan seperti hero tambahan untuk setiap ras, 4 campaign baru, sebuah ras netral baru (Naga), lima hero netral, kemampuan untuk mendirikan toko (shop) dan lain-lain. Selain itu, game ini juga memperkenalkan kembali unit laut (sea unit) yang muncul pada Warcraft II, namun hilang di Reign of Chaos. Blizzard Entertainment secara teratur merilis Patch untuk memperbaiki bugs, menambahkan fitur baru. Cara bermainnya adalah kita memilih hero sesuai keinginan kita yang berada di sentinel dan bertarung hingga menghancurkan semua musuh yang ada. lanjutan dari game ini dikembangkan menjadi Dota hingga dota 2 yang sering di dengar oleh para gamers di dunia.



Pada game ini menggunakan algoritma Greedy. Algoritma greedy merupakan jenis algoritma yang menggunakan pendekatan penyelesaian masalah dengan mencari nilai maksimum sementara pada setiap langkahnya. Nilai maksimum sementara ini dikenal dengan istilah local maximum. Pada kebanyakan kasus, algoritma greedy tidak akan menghasilkan solusi paling optimal, begitupun algoritma greedy biasanya memberikan solusi yang mendekati nilai optimum dalam waktu yang cukup cepat. game ini bisa menggunakan bahasa pemrograman strawberry prolog.


http://barca-999.blogspot.co.id/2013/04/cara-bermain-warcraft-bagi-pemula.html
 
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Stmik/2011-2012/Makalah2011/MakalahIF3051-2011-046.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Warcraft_III:_Frozen_Throne

Senin, 25 Januari 2016

SoftSkill

Continuous Interaction Plot

Continuous Interaction Plot

Achmad Sandy Persada
Andre Prasetyo
Auki Akbar
Wandi


Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan sehingga buku yang berjudul “Continuous Interaction Plot” dapat selesai dengan baik. Buku ini disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai untuk Mata Kuliah Desain Grafis, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Gunadarma dan juga untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kami peroleh selama di bangku kuliah hingga saat ini di Universitas Gunadarma.

Penyusunan buku ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Seluruh mahasiswa Program Studi Teknik Informatika khususnya angkatan 2013.

2. Teman - teman kelas 3IA05.

3. Orang Tua kami yang senantiasa mendoakan kami.

4. Semua pihak atas dukungan dan bantuannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

--- Separate Environment ---

Semoga dukungan yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara berikan, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ini mungkin masih ada kekurangan, namun penulis berharap bukuini dapat memberikan manfaat bagi pembaca baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Depok,

Tim Penulis

\mainmatter

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya merupakan salah satu usaha manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan dengan melakukan berbagai kegiatan penelitian. Penelitian secara luas dapat diartikan sebagai suatu upaya pengamatan secara sistematis terhadap suatu obyek penelitian untuk mendapatkan fakta-fakta atau falsafah-falsafah baru. Prosedur penelitian sering disebut sebagai metode ilmiah (scientific method) yang biasanya meliputi fakta observasi, hipotesis, dan percobaan (Hanafiah, 2000: 15).

Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu secara teoritis, menurut Mattjik & Sumertajaya (2000: 59), Rancangan Percobaan adalah suatu uji atau deretan uji baik menggunakan statistika deBuku ataupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respons dari percobaan tersebut. Rancangan Percobaan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa percobaan, antara lain: percobaan satu faktor, percobaan dua faktor, percobaan dengan pengamatan berulangan, dan rancangan pengaruh interaksi dua faktor. Topik khusus tentang pengkajian pengaruh interaksi dua faktor terdiri dari Rancangan Petak Teralur (Strip Plot Design), Model Regresi Linier dari Pengaruh Interaksi, dan Model AMMI (Additive Main Effects and Multiplicative Interaction).

Model AMMI (Additive Main Effects and Multiplicative Interaction) atau Model Pengaruh Utama Aditif dengan Interaksi Ganda (Model UAIG) merupakan suatu metode alternatif yang mampu menggabungkan kehandalan pengaruh aditif pada analisis ragam (Analysis of Variance/ANOVA) dengan pengaruh multiplikasi pada analisis komponen utama (Principal Component Analysis/PCA) untuk pengaruh interaksi (Mattjik & Sumertajaya, 2000: 208). Analisis Ragam merupakan proses aritmatika untuk menguraikan jumlah kuadrat total menjadi beberapa komponen yang berhubungan dengan sumber keragaman yang diketahui (Stell & Torrie, 1993: 168). Sedangkan Analisis Komponen Utama merupakan suatu teknik analisis statistik untuk mentransformasi variabelvariabel asli yang masih saling berkorelasi satu dengan yang lain menjadi satu set variabel baru yang tidak berkorelasi lagi. Variabel-variabel baru itu disebut sebagai komponen utama (Johnson & Wichern, 1996: 426).

Model AMMI merupakan suatu metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian pemuliaan tanaman untuk mengkaji GEI (Genotypes Environmental Interaction) pada suatu percobaan lokasi ganda (multilocation). GEI dapat dinyatakan sebagai perubahan keragaman dari dua atau beberapa genotipe pada dua atau beberapa lingkungan yang berbeda. Kajian GEI penting dalam pemuliaan tanaman karena hasilnya dapat digunakan untuk menduga dan menyeleksi genotipe-genotipe yang beradaptasi stabil (stability of genotypes) pada berbagai lingkungan berbeda atau beradaptasi pada suatu lingkungan spesifik (adaptation of genotypes to specific environmental).

Percobaan lokasi ganda (multilocation) berperan penting dalam pengembangbiakan tanaman (plant breeding) dan penelitian-penelitian agronomi. Faktor-faktor yang sering dilibatkan dalam percobaan lokasi ganda secara garis besar dapat dijadikan menjadi dua yaitu genotipe dan lokasi. Genotipe (harfiah berarti "tipe gen") adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Faktor lokasi mencakup tempat (site), tahun, perlakuan agronomi (pemupukan, penyemprotan, dan lainnya) atau kombinasinya. Secara umum, tiga sumber keragaman (lokasi, genotipe, dan interaksi) merupakan hal penting dalam bidang pertanian (Mattjik & Sumertajaya (2000: 207).

Model AMMI pada dasarnya adalah model dengan faktor tetap (fixed model) yang mengasumsikan genotipe dan lingkungan ditentukan secara subyektif oleh peneliti dan kesimpulan yang diharapkan hanya terbatas pada genotipe dan lingkungan yang dicobakan saja. Oleh karena itu, dengan adanya kenyataan bahwa untuk menjelaskan interaksi genotipe pada lingkungan yang berbeda perlu menggunakan metode statistik, maka Buku ini akan membahas analisis data dengan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) dan aplikasinya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang akan dibahas dalam Buku ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis data dengan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap?

2. Bagaimana aplikasi Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap pada data pemuliaan tanaman?

Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan Buku ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan analisis data dengan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap.

2. Menjelaskan aplikasi Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap pada data pemuliaan tanaman.

Manfaat Penulisan

Penulisan Buku ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis maupun pembaca, antara lain:

• Bagi penulis sendiri, dapat memperdalam ilmu tentang Rancangan Percobaan dan Statistika Multivariat yang pernah diperoleh selama perkuliahan.

• Bagi para pembaca, dapat membantu menganalisis pada data pemuliaan tanaman dengan menggunakan Additive Main Effects and Multiplicative 5 Interaction (AMMI) model tetap.

• Dapat bermanfaat dalam hal menambah referensi dan sumber belajar bagi mahasiswa Jurusan Teknik Informatika.

Continous Interaction Plot

Achmad Sandy PersadaAndre PrasetyoAuki AkbarWandi

\frontmatter

Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan sehingga buku yang berjudul “Continious Interaction Plot” dapat selesai dengan baik. Buku ini disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai untuk Mata Kuliah Desain Grafis, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Gunadarma dan juga untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kami peroleh selama di bangku kuliah hingga saat ini di Universitas Gunadarma.

Penyusunan buku ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Seluruh mahasiswa Program Studi Teknik Informatika khususnya angkatan 2013.

2. Teman - teman kelas 3IA05.

3. Orang Tua kami yang senantiasa mendoakan kami.

4. Semua pihak atas dukungan dan bantuannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

--- Separate Environment ---

Semoga dukungan yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara berikan, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ini mungkin masih ada kekurangan, namun penulis berharap bukuini dapat memberikan manfaat bagi pembaca baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Depok,

Tim Penulis

\mainmatter

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya merupakan salah satu usaha manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan dengan melakukan berbagai kegiatan penelitian. Penelitian secara luas dapat diartikan sebagai suatu upaya pengamatan secara sistematis terhadap suatu obyek penelitian untuk mendapatkan fakta-fakta atau falsafah-falsafah baru. Prosedur penelitian sering disebut sebagai metode ilmiah (scientific method) yang biasanya meliputi fakta observasi, hipotesis, dan percobaan (Hanafiah, 2000: 15).

Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu secara teoritis, menurut Mattjik & Sumertajaya (2000: 59), Rancangan Percobaan adalah suatu uji atau deretan uji baik menggunakan statistika deBuku ataupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respons dari percobaan tersebut. Rancangan Percobaan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa percobaan, antara lain: percobaan satu faktor, percobaan dua faktor, percobaan dengan pengamatan berulangan, dan rancangan pengaruh interaksi dua faktor. Topik khusus tentang pengkajian pengaruh interaksi dua faktor terdiri dari Rancangan Petak Teralur (Strip Plot Design), Model Regresi Linier dari Pengaruh Interaksi, dan Model AMMI (Additive Main Effects and Multiplicative Interaction).

Model AMMI (Additive Main Effects and Multiplicative Interaction) atau Model Pengaruh Utama Aditif dengan Interaksi Ganda (Model UAIG) merupakan suatu metode alternatif yang mampu menggabungkan kehandalan pengaruh aditif pada analisis ragam (Analysis of Variance/ANOVA) dengan pengaruh multiplikasi pada analisis komponen utama (Principal Component Analysis/PCA) untuk pengaruh interaksi (Mattjik & Sumertajaya, 2000: 208). Analisis Ragam merupakan proses aritmatika untuk menguraikan jumlah kuadrat total menjadi beberapa komponen yang berhubungan dengan sumber keragaman yang diketahui (Stell & Torrie, 1993: 168). Sedangkan Analisis Komponen Utama merupakan suatu teknik analisis statistik untuk mentransformasi variabelvariabel asli yang masih saling berkorelasi satu dengan yang lain menjadi satu set variabel baru yang tidak berkorelasi lagi. Variabel-variabel baru itu disebut sebagai komponen utama (Johnson & Wichern, 1996: 426).

Model AMMI merupakan suatu metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian pemuliaan tanaman untuk mengkaji GEI (Genotypes Environmental Interaction) pada suatu percobaan lokasi ganda (multilocation). GEI dapat dinyatakan sebagai perubahan keragaman dari dua atau beberapa genotipe pada dua atau beberapa lingkungan yang berbeda. Kajian GEI penting dalam pemuliaan tanaman karena hasilnya dapat digunakan untuk menduga dan menyeleksi genotipe-genotipe yang beradaptasi stabil (stability of genotypes) pada berbagai lingkungan berbeda atau beradaptasi pada suatu lingkungan spesifik (adaptation of genotypes to specific environmental).

Percobaan lokasi ganda (multilocation) berperan penting dalam pengembangbiakan tanaman (plant breeding) dan penelitian-penelitian agronomi. Faktor-faktor yang sering dilibatkan dalam percobaan lokasi ganda secara garis besar dapat dijadikan menjadi dua yaitu genotipe dan lokasi. Genotipe (harfiah berarti "tipe gen") adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Faktor lokasi mencakup tempat (site), tahun, perlakuan agronomi (pemupukan, penyemprotan, dan lainnya) atau kombinasinya. Secara umum, tiga sumber keragaman (lokasi, genotipe, dan interaksi) merupakan hal penting dalam bidang pertanian (Mattjik & Sumertajaya (2000: 207).

Model AMMI pada dasarnya adalah model dengan faktor tetap (fixed model) yang mengasumsikan genotipe dan lingkungan ditentukan secara subyektif oleh peneliti dan kesimpulan yang diharapkan hanya terbatas pada genotipe dan lingkungan yang dicobakan saja. Oleh karena itu, dengan adanya kenyataan bahwa untuk menjelaskan interaksi genotipe pada lingkungan yang berbeda perlu menggunakan metode statistik, maka Buku ini akan membahas analisis data dengan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) dan aplikasinya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang akan dibahas dalam Buku ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis data dengan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap?

2. Bagaimana aplikasi Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap pada data pemuliaan tanaman?

Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan Buku ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan analisis data dengan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap.

2. Menjelaskan aplikasi Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap pada data pemuliaan tanaman.

Manfaat Penulisan

Penulisan Buku ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis maupun pembaca, antara lain:

• Bagi penulis sendiri, dapat memperdalam ilmu tentang Rancangan Percobaan dan Statistika Multivariat yang pernah diperoleh selama perkuliahan.

• Bagi para pembaca, dapat membantu menganalisis pada data pemuliaan tanaman dengan menggunakan Additive Main Effects and Multiplicative 5 Interaction (AMMI) model tetap.

• Dapat bermanfaat dalam hal menambah referensi dan sumber belajar bagi mahasiswa Jurusan Teknik Informatika.

\setcounter{page}{5}

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab landasan teori ini dibahas beberapa materi yang meliputi Rancangan Percobaan, Analisis Ragam (Analysis of Variance/ANOVA), Statistika Multivariat dan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis/PCA). Materi-materi ini digunakan sebagai landasan analisis data dengan Continious Interaction Plot.

Rancangan Percobaan

Rancangan Percobaan adalah suatu uji atau deretan uji baik menggunakan statistika debuku ataupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respons dari percobaan tersebut (Mattjik & Sumertajaya, 2000: 59).

Dalam suatu rancangan percobaan, data yang dianalisis statistika dikatakan sah dan valid apabila data tersebut diperoleh dari suatu percobaan yang memenuhi tiga prinsip dasar. Menurut Mattjik & Sumertajaya (2000: 61-63), tiga prinsip dasar tersebut antara lain :

1. Ulangan, yaitu pengalokasian suatu perlakuan tertentu terhadap beberapa unit percobaan pada kondisi yang seragam.

2. Pengacakan, yaitu setiap unit percobaan harus memiliki peluang yang sama untuk diberi suatu perlakuan tertentu. Pengacakan perlakuan pada unit-unit percobaan dapat menggunakan tabel bilangan acak, sistem lotre secara manual atau dapat juga menggunakan komputer.

3. Pengendalian lingkungan (local control), yaitu usaha untuk mengendalikan keragaman yang muncul akibat keheterogenan kondisi lingkungan. Usaha-usaha pengendalian lingkungan yang dapat dilakukan, antara lain dengan melakukan pengelompokan (blocking) satu arah, dua arah maupun multi arah. Pengelompokan dikatakan baik jika keragaman di dalam kelompok lebih kecil dibandingkan dengan keragaman antar kelompok.

Adapun beberapa istilah dalam rancangan percobaan yang harus dikenal menurut Mattjik & Sumertajaya (2000: 64-65) adalah :

1. Perlakuan (Treatment)Perlakuan adalah suatu prosedur atau metode yang diterapkan pada unit percobaan. Prosedur atau metode yang diterapkan dapat berupa pemberian pupuk yang berbeda, dosis pemupukan yang berbeda, jenis varietas yang berbeda, pemberian jenis pakan yang berbeda, dan lain-lain.

2. Unit percobaanUnit percobaan adalah unit terkecil dalam suatu percobaan yang diberi suatu perlakuan. Unit terkecil ini bisa berupa petak lahan, individu, sekandang ternak, dan lain-lain tergantung dari bidang penelitian yang sedang dipelajari.

3. Satuan AmatanSatuan amatan adalah anak gugus dari unit percobaan tempat dimana respons perlakuan diukur

Analisis Ragam (Analysis of Variance/ANOVA)

Analisis Ragam merupakan proses aritmatika untuk menguraikan jumlah kuadrat total menjadi beberapa komponen yang berhubungan dengan sumber keragaman yang diketahui (Stell & Torrie, 1993: 168).

Analisis Ragam digunakan untuk menguji secara sistematik nyata tidaknya pengaruh perlakuan dan pengaruh pengelompokkan serta pengaruh interaksinya.

Asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam yang perlu diperhatikan agar pengujian menjadi sahih menurut Gaspersz (1991: 97-99) adalah :

1. Pengaruh perlakuan dan pengaruh lingkungan yang bersifat aditif.

--- Separate Environment ---

Misalnya, dalam suatu percobaan dengan menggunakan rancangan acak kelompok. Pengamatan ij Y pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j dinyatakan sebagai berikut :

Yij=\mu+\tau_{i}+\beta_{j}+\varepsilon_{ij}


Keterangan :

\mu
 = nilai tengah umum

\tau_{i}
 = pengaruh perlakuan ke-i

\beta_{j}
 = pengaruh kelompok ke-j

\varepsilon_{ij}
 = pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i

Komponen-komponen i j ij μ,τ ,β ,ε harus bersifat aditif yang artinya bersifat dapat dijumlahkan sesuai dengan model di atas, yaitu ij Y merupakan hasil penjumlahan dari μ , i τ , j β , dan ij ε . Setiap rancangan percobaan mempunyai model matematik yang disebut model linear aditif, bila model tidak bersifat aditif maka perlu dilakukan transformasi.

Jika suatu model tidak bersifat aditif, misalkan berbentuk multiplikatif seperti : i j Y =μ ⋅ i τ ⋅ j β ⋅ ij ε maka penggunaan transformasi logaritmik dapat dilakukan sehingga akan menjadi linear aditif, seperti berikut ini : log ij Y = log μ + log i τ + log j β + log ij ε . Dengan demikian, analisis ragam dapat dilakukan terhadap data yang telah ditransformasi.

\begin{enumerate}\setcounter{enumi}{1}\item Galat percobaan memiliki ragam yang homogen\end{enumerate}

Misalnya dalam rancangan acak lengkap, komponen galat yang berasal dari beberapa perlakuan semuanya harus diduga dari ragam populasi yang sama. Bila nilai tengah satu atau dua perlakuan lebih tinggi dari yang lain dan keragaman juga lebih tinggi dari yang lainnya, maka akan mengakibatkan keragaman galat yang tidak homogen.

\begin{enumerate}\setcounter{enumi}{2}\item Galat percobaan saling bebas\end{enumerate}

Ini berarti peluang bahwa galat dari salah satu pengamatan yang mempunyai nilai tertentu haruslah tidak bergantung dari nilai-nilai galat untuk pengamatan yang lain atau dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi antar galat.

\begin{enumerate}\setcounter{enumi}{3}\item Galat percobaan menyebar normal.\end{enumerate}

Asumsi ini berlaku terutama untuk uji-uji nyata (pengujian hipotesis), dan tidak diperlukan pada pendugaan komponen ragam. Jika sebaran dari galat percobaan secara jelas terlihat menceng (tidak normal), maka komponen galat dari perlakuan cenderung manjadi fungsi dari nilai tengah perlakuan. Ini akan mengakibatkan ragam tidak homogen. Jika hubungan fungsional diketahui, maka transformasi dapat ditentukan untuk membuat galat tersebut menyebar mendekati sebaran normal. Dengan demikian analisis ragam dapat dilakukan pada data transformasi agar galat menjadi homogen.

Pengujian Asumsi-asumsi Analisis Ragam

Pengujian pada asumsi-asumsi analisis ragam agar pengujian menjadi sahih, adalah :

Pengujian Keaditifan Model

Metode pengujian yang dapat dilakukan apakah model yang digunakan aditif atau tidak adalah uji Tukey (Suntoyo Yitnosumarto, 1991: 171).

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis

H_{0}
  = Pengaruh utama perlakuan dan kelompok bersifat aditif

H_{1}=
 Pengaruh utama perlakuan dan kelompok tidak bersifat aditif

b. Tarif nyata (\alpha
 )

c. Statistik Uji





d. Kriteria keputusan

Jika F hitung \leq
 F\alpha(1,
 db sisa) maka keaditifan model atau H_{0}
 dapat diterima

e. Perhitungan

Dengan menamakan non-aditivitas sebagai Non-Aditivitas Tukey (NAT), maka disusun Tabel Analisi Ragam sebagai berikut :

Tabel 1. Analisis Ragam untuk Uji Non-Aditivitas





Analisis ragam uji Non-Aditivitas Tukey ini untuk model linear rancangan acak kelompok lengkap.

Pengujian kehomogenan Ragam

Pengujian yang dapat digunakan untuk pengujian kehomogenan ragam adalah uji Bartlett (Mattjik & Sumertajaya, 2000: 233-234). Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis

H0 : 2 1 σ = 2 2 σ =…= 2 k σ (ragam dari semua perlakuan sama) H1 : paling sedikit satu dari ragam perlakuan tidak sama

b. Taraf nyata (α )

c. Statistik Uji



Keterangan :

X^{2}
 =sebaran khi-kuadrat

Y_{ij}
 =nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Y_{i}
 =total semua pengamatan dalam perlakuan ke-i

r
  =banyaknya ulangan

s_{i}
 =ragam sampel pada perlakuan ke-i

s^{2}
 =ragam gabungan dari semua sampel

N
 =jumlah seluruh amatan

t
  =jumlah perlakuan

k
 =banyaknya perlakuan

Statistik ini akan meyebar mengikuti sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas v = k-1. Nilai X^{2}
  biasanya perlu dikoreksi sebelum dibandingkan dengan nilai X_{\alpha,k-1}^{2}
 . Besarnya nilai X^{2}
 , dengan FK (Faktor Koreksi) adalah :



d. Kriteria Keputusan

H_{0}
  ditolak jika X^{2}
  >
 X_{\alpha,k-1}^{2}
  artinya kehomogenan ragam perlakuan tidak dipenuhi

Pengujian Kebebasan galat satu dengan yang lainnya

Untuk melihat keacakan galat percobaan dibuat plot antara nilai dugaan galat percobaan (\varepsilon_{ij}
 ) dengan nilai dugaan respons ( Y_{ij}
  ). Apabila plot yang dibuat menunjukkan sisaan berfluktuasi acak di sekitar nol maka dapat dikatakan bahwa galat percobaan menyebar bebas (Mattjik & Sumertajaya, 2000: 234-235).

Pengujian Kenormalan Data

Menurut Mattjik & Sumertajaya (2000: 235) secara visual kenormalan data dapat dilihat dari plot peluang normal. Plot peluang normal ini dinamakan plot kuantil-kuantil (Plot Q-Q). Pola pencaran titik-titik dalam plot yang membentuk garis lurus menjadi petunjuk bahwa sebaran data dapat didekati oleh pola sebaran normal. Pengujian yang dapat digunakan untuk menguji apakah suatu data berdistribusi normal adalah Uji Lilliefors. Dalam uji ini data disusun dari yang terkecil sampai terbesar. Langkah-langkah Pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis

H_{0}
  : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H_{1}
  : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. taraf nyata (\alpha
 )

c. Statistik Uji

D = maksimum |S(Z_{ij}
 )-F_{0}
 (Z_{ij}
 )|

dengan : S(Z_{ij}
 ) = proporsi amatan sampel yang kurang atau sama dengan (Z_{ij}
 )

= (jumlah amatan sampel yang kurang atau sama dengan (Z_{ij}
 ) / n

F_{0}
 (Z_{ij}
 )= fungsi sebaran komulatif normal

= ;0,5 – P(0 < Z < z ) ; zi = (Yi −Y ) / Sy

d. Kriteria Keputusan

Jika D > Ln,α maka H 0 ditolak, artinya sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ln,α adalah nilai kritis dalam Tabel Lilliefors dengan banyaknya pengamatan n dan diuji pada taraf nyata α .

Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)

RAKL digunakan jika satuan percobaan dapat dikelompokkan dengan banyaknya satuan dalam setiap kelompok sama dengan banyaknya perlakuan (Steel & Torrie, 1993: 237). RAKL sangat baik digunakan jika keheterogenan unit percobaan berasal dari satu sumber keragaman.

Menurut Sudjana (1980: 54), secara umum RAKL adalah sebuah rancangan dengan :

a. Unit-unit percobaan dikelompokkan sedemikian sehingga unit-unit percobaan di dalam kelompok relatif bersifat homogen dan banyak unit percobaan di dalam sebuah kelompok sama dengan banyak perlakuan yang sedang diteliti.

b. Perlakuan dilakukan secara acak pada unit-unit percobaan dalam setiap kelompok.

Model linear aditif secara umum dari rancangan acak kelompok lengkap adalah sebagai berikut :

Yij = µ +αi + βj +εij

dengan i = 1,2,…,a ; j = 1,2,…,b.

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

αi = pengaruh perlakuan ke-i

β j = pengaruh kelompok ke-j

εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j εij ~ N(0,σε2 ) independen

Asumsi untuk model tetap adalah :



Dengan metode Least Square Error (LSE) diperoleh estimasi parameter-parameter sebagai berikut :



Selanjutnya dilakukan penguraian sebagai berikut :

Yi. = total semua pengamatan dalam perlakuan ke-i

Y. j = total semua pengamatan dalam kelompok ke-j

Y.. = jumlah keseluruhan pengamatan

N = ab = total jumlah pengamatan

Secara matematis ditulis :



Dengan metode LSE dilakukan estimasi parameter sebagai berikut :





Estimasi terhadap mean µ :



dari asumsi di atas diketahui : ∑αi = 0 dan ∑β j = 0 , maka :



Estimasi terhadap pengaruh perlakuan αi





Estimasi untuk pengaruh kelompok β j



Estimasi untuk galat percobaan εij





Penentuan Rumus Operasional Jumlah Kuadrat

Penguraian jumlah kuadrat untuk rancangan adalah sebagai berikut :



Dengan demikian diperoleh :

Jumlah Kuadrat Total



Jumlah Kuadrat Perlakuan



Jumlah Kuadrat Kelompok



Jumlah Kuadrat Galat



Selanjutnya rumus-rumus operasional jumlah kuadrat dapat disederhanakan menjadi :









JKG = JKT – JKP – JKK



Bentuk uji hipotesis untuk model tetap di atas adalah sebagai berikut :

Pengaruh perlakuan

H 0 : α1 =α2 =K=αa = 0 (Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap respons yang diamati).

H1 : paling sedikit ada satu i dimana αi ≠ 0 untuk i=1, 2,…, a.

(Ada pengaruh perlakuan terhadap respons yang diamati).

Pengaruh pengelompokan

H 0 : β1 = β2 =K= βb = 0 (Tidak ada pengaruh kelompok terhadap respons yang diamati).

H1 : paling sedikit ada satu j dimana β j ≠ 0 untuk j=1,2,…,b.

(Ada pengaruh kelompok terhadap respons yang diamati).



Pengujian Hipotesis untuk RAKL Model Tetap :

Jika nilai Fhitung lebih besar dari Fα,db1,db2 maka H 0 ditolak.

Statistika Multivariat

Menurut Suryanto (1988: 1-2), Analisis Statistika Multivariat adalah tehnik-tehnik analisis statistik yang memperlakukan sekelompok variabel kriteria yang saling berkorelasi sebagai suatu sistem dengan mempertimbangkan korelasi antar variabel-variabel. Dalam Analisis Multivariat, data yang diolah merupakan hasil pengukuran dari beberapa variabel kriteria ditambah dengan hasil pengukuran dari satu atau beberapa variabel penjelas. Untuk selanjutnya variabel kriteria disebut sebagai variabel dependent sedangkan variabel penjelas disebut sebagai variabel independent.

1. Matriks dan Vektor

Menurut Guritno (2005: 134), Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan tersebut dinamakan entri dalam matriks. Ukuran dari matriks dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris (garis horizontal) dan banyaknya kolom (garis vertikal).

Jika A adalah sebuah matriks, maka digunakan aij untuk menyatakan entri yang terdapat di dalam baris i dan kolom j dari A , i = 1, 2,…, m ; j = 1, 2,…, n. Jadi matriks m × n secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:



Suatu matriks yang hanya memuat satu baris atau satu kolom disebut vektor. Dalam hal ini, matriks yang hanya memuat satu baris disebut vektor baris sedangkan matriks yang hanya memuat satu kolom disebut vektor kolom.

a. Matriks Identitas (Identity Matrix)

Matriks identitas merupakan suatu matriks bujursangkar dengan semua elemen pada diagonal utama mempunyai nilai 1 (satu), dan elemen lain selain pada diagonal utama mempunyai nilai 0 (nol). Matriks identitas berukuran n × n dinyatakan dengan lambing I n , sehingga untuk



b. Matriks Transpose

Jika A adalah sebarang matriks m × n, maka transpose A dinyatakan oleh A' dan didefinisikan dengan matriks n × m yang kolom pertamanya adalah baris pertama dari A, kolom keduanya adalah baris kedua dari A, demikian juga dengan kolom ketiga adalah baris ketiga dari A, dan seterusnya.



c. Perkalian Matriks

Secara umum bentuk perkalian matriks dinyatakan dengan



Dalam perkalian matriks, jumlah kolom pada vektor sebelah kiri harus sama dengan jumlah baris pada matriks sebelah kanan. Hasil perkalian matriks tersebut menghasilkan vektor berukuran n × p, dimana n merupakan jumlah baris pada matriks sebelah kiri, dan p merupakan jumlah kolom pada matriks sebelah kanan.

Sifat-sifat dalam operasi perkalian matriks adalah :

1. c (a + b) = ca + cb (distributif)

2. a (bc) = (ab) c (assosiatif)

3. d (ab) = (da) b = a (db), untuk sembarang nilai skalar d

4. (ab)' = b'

d. Minor Matriks

Jika A adalah matriks bujursangkar, maka minor entri aij dinyatakan oleh M ij , didefinisikan menjadi determinan submatriks yang tetap ada setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihapus dari A. Misalkan :



e. Kofaktor Matriks

Jika A adalah matriks bujursangkar, bilangan (-1) i+ j M ij dinyatakan oleh Cij dan dinamakan kofaktor entri aij . Matriks kofaktor A didefinisikan sebagai berikut :



Transpose dari matriks kofaktor ini dinamakan adjoint

f. Determinan Matriks

det(A) atau |A| merupakan determinan matriks bujursangkar A =( aij ) yang berukuran n x n. det(A) atau |A| merupakan suatu bilangan skalar.





Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama, diperoleh determinan sebagai berikut :



\begin{enumerate}\setcounter{enumi}{1}\item Nilai Eigen dan Vektor Eigen\end{enumerate}

Definisi 2.1 (Guritno, 2005: 139)

Vektor eigen x dari sebuah matriks A merupakan sebuah vektor

khusus, dengan sifat sebagai berikut :

A x = λx

Untuk mendapatkan nilai eigen dari sebuah matriks A, pertama ditentukan akar dari : det(A - λ I) x = 0

Kemudian diselesaikan tiap-tiap baris sebagai sistem untuk setiap nilai eigen, untuk mendapatkan vektor eigen yang sesuai

(A - λ I)x = 0



Dari persamaan di atas diperoleh nilai eigen, λ1 = −1, λ2 = 3 , λ3 = 7.

\begin{enumerate}\setcounter{enumi}{1}\item Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis/PCA)`\end{enumerate}

Menurut Johnson & Wichern (1996: 426), Analisis Komponen Utama merupakan suatu teknik analisis statistik untuk mentransformasi variabel-variabel asli yang masih saling berkorelasi satu dengan yang lain menjadi satu set variabel baru yang tidak berkorelasi lagi. Variabel-variabel baru itu dinamakan komponen utama (Principal Component). Komponen utama adalah kombinasi linear dari p variabel dengan bentuk

a11 x1 + a21 x2 +... + a p x p .

Secara umum pembentukan komponen utama disusun sebagai berikut :

Y1 = a1 ' x = a11 x1 + a21 x2 +K+ a p1 x p

Y2 = a2 ' x = a12 x1 + a22 x2 +K+ a p 2 x p

Yp = a p ' x = a1 p x1 + a2 p x2 +K+ a pp x p

Y1 ,Y2 ,K,Yp merupakan variabel yang saling bebas (tidak berkorelasi)

dengan nilai keragaman masing-masing adalah Var(Yi ) = ai ' Σai = λi ; dengan i = 1, 2,..., p dan λi adalah nilai eigen dari komponen utama ke-i.

Y1 disebut Principal Component pertama (PC1) yang merupakan kombinasi linear yang mempunyai ragam terbesar.

Y2 disebut Principal Component kedua (PC2) yang mempunyai nilai ragam terbesar kedua. Selanjutnya dengan menggunakan Principal Component, variabel random x dapat dikelompokan berdasarkan nilai koefisien pada kombinasi linearnya.

Total keragaman komponen utama adalah :

Var(Y) = α11 +α22 +...+αpp = λ1 +λ2 +...+λp

dengan λ1 +λ2 +...+λp adalah nilai eigen dari komponen utama.

a. Tujuan Principal Component Analysis (PCA)

Prosedur PCA pada dasarnya adalah bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya. Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau yang biasa disebut dengan Principal Component.

Menurut Fatimah & Nugraha (2005: 42-43), Tujuan dari PCA adalah membentuk himpunan sumbu (variabel) yang saling tegak lurus sedemikian sehingga :

1. Koordinat observasi memberikan nilai untuk variabel yang baru. Variabel baru disebut Komponen Utama (Principal Component) dan nilai dari variabel baru tersebut disebut Skor Komponen Utama (Principal Component Scores).

2. Setiap variabel baru merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel awal.

3. Variabel baru pertama menjelaskan ragam terbesar dalam data, variable baru kedua menjelaskan ragam terbesar kedua, dan seterusnya sampai variabel baru ke-p menjelaskan ragam terbesar ke-p.

4. p variabel baru tersebut tidak saling berkorelasi.

b. Algoritma Principal Component Analysis (PCA)

Menurut Rivai (2007: 160-161) Algoritma PCA yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data dalam sebuah matriks.

2. Tiap data disimpan dalam bentuk vektor kolom. Kolom menunjukkan banyaknya percobaan dan baris menunjukkan titik ciri dari tiap percobaan.

3. Menghitung mean dari suatu data.

4. Mengurangi setiap item data dengan nilai mean-nya. Data hasil pengurangan disebut sebagai data adjust

5. Menghitung matriks kovarians dari data.

6. Menghitung nilai eigen dan vektor eigen dari matriks kovarians.

7. Membuat Principal Component (PC). Nilai eigen disusun secara terurut menurun kemudian vektor eigen disusun sesuai dengan nilai eigennya. Vektor eigen yang tersusun itulah yang disebut sebagai PC.

8. Membentuk data baru. Data baru dihasilkan dengan mengalikan vektor transpose dari Principal Component dengan data normal.

c. Skor Komponen Utama (Principal Component Score)

Tahapan analisis yang dilakukan pada Skor Komponen Utama adalah sebagai berikut :

Misal vektor peubah yang diamati adalah X ' = (x1 , x2 ,..., x p ) .

i. Menghitung matriks kovarians (S) atau matriks korelasi (R)



ii. Mencari vektor eigen (eigen vector) dan nilai eigen (eigen value) dari persamaan karakteristik berikut :

Sa = λ α atau Rα = λ α

Dengan ketentuan sebagai berikut:

Menggunakan matriks kovarians (S) jika variabel-variabel yang dianalisis memiliki satuan yang sama dan menggunakan matriks korelasi (R) jika variabel-variabel yang dianalisis memiliki satuan yang berbeda.

Menata vektor eigen-vektor eigen a1 , a2 ,..., a p yang berpadanan

dengan nilai eigen-nilai eigen λ1 > λ2 >... > λp , dengan kendala

ai ai ' =1 dan ai a j ' = 0.

iii. Menghitung Komponen Utama Pertama sebagai berikut :

Komponen Utama Pertama dapat dihitung menggunakan dua pendekatan sebagai berikut :

Jika satuan variabel sama, Komponen Utama Pertama = a1 ' x = a11 x1 + a12 x2 +K+ a1 p x p .

Jika satuan variabel tidak sama, Komponen Utama Pertama = a1 ' z = a11z1 + a12 z2 +K+ a1 p z p , dengan zi adalah variabel xi yang sudah dibakukan.

\setcounter{page}{59}

BAB IV ANALISIS DAN SIMULASI

Dari data pengukuran yang dihasilkan, dilakukan analisis menggunakan analisis varians (ANOVA) dengan menggunakan program matlab r2008a. Software matlab dipilih selain lebih familiar, juga karena sifatnya yang lebih powerful dan dapat terkustomisasi sesuai keinginan dari pemrogram dalam tampilannya sehingga tampilan program bisa lebih user friendly. Sebagai verifikasi dan validasi routine program yang dibuat, dilakukan dengan cara membandingkan hasil output program dengan output pada buku pedoman Montgomery (menggunakan minitab) dengan parameter input yang bersesuaian.1 Hasil verifikasi seperti pada tabel 4.1 untuk kasus plasma, tabel 4.2 untuk kasus batere, dan gambar 4.1 untuk interaksi material type-temperature. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengolahan routine program yang dibuat sudah sama, meskipun ada perbedaan dalam hal pembulatan dan ketelitian angka perhitungan.





Tabel 4.1 Komparasi Analisis One-way ANOVA untuk Kasus Plasma antara Hasil Simulasi (a) dan Minitab (b)



(a)



(b)

Tabel 4.2 Komparasi Analisis Two-way ANOVA untuk Kasus Batere antara Hasil Simulasi (a) dan Minitab (b)

Untuk pengujian terhadap hipotesanya, dilakukan dengan menetapkan hipotesa awal H0 yaitu menganggap bahwa rata-rata pengaruh dari tiap faktor yang diuji adalah sama, atau dengan kata lain tidak ada pengaruh dari faktor brand serat optik, splicer, ODF dan lokasi penempatan ODF terhadap kualitas redaman. Sebelum melakukan analisis varians, setiap data pengukuran yang diperoleh dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan sebagai verifikasi untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal sebagai salah satu syarat dalam ANOVA. Selain itu juga dilakukan uji varians untuk mengetahui apakah varians dari satu kelompok data dengan kelompok lainnya memiliki nilai yang sama (homogen). Pada simulasi, uji varians dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode uji yang berbeda, yaitu metode Bartlett dan Levene (Montgomery, 2005 page 81, Songklanakarin, 2004). Setelah data yang dimaksud memenuhi persyaratan tersebut, baru dilakukan analisis varians. Hasilnya adalah analisis kualitas redaman rata-rata untuk ketiga parameter (bending, splicing dan patching). Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya dilakukan kesimpulan untuk menolak atau menerima hipotesa awal tadi.



(a)



(b)

Gambar 4.1 Komparasi Interaction Plot untuk Material Type-Temperature antara Hasil Simulasi (a) dan Minitab (b)

Hasil Redaman Bending

Hasil analisis varians untuk mengetahui karakteristik redaman bending pada tiap brand serat optik ditunjukkan seperti pada tabel 4.3. Dari hasil analisis varians tersebut, p-value yang dihasilkan adalah 0.0405. Ini memberi kesimpulan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0.05), hipotesa awal ditolak. Dengan lain bahwa tidak semua brand serat optik memiliki kualitas redaman bending yang sama meskipun telah memenuhi standard ITU. Dan ternyata bahwa faktor brand serat optik sangat signifikan dalam mengkontribusi redaman bending.



Tabel 4.3 Analisis ANOVA Hasil Redaman Bending tiap Brand Serat Optik

Setelah dilakukan analisis lebih lanjut, antar tiap brand juga memiliki tingkat perbandingan yang berbeda satu dengan yang lain. Seperti terlihat pada gambar 4.2 dan 4.3 dimana brand ke-3 memiliki karakteristik redaman bending rata-rata yang paling besar, sedangkan brand ke-1 dan ke-2 relatif memiliki kesamaan.



Gambar 4.2 Box Plot Diagram Karakteristik Hasil Redaman Bending



Gambar 4.3 Multicompare Graph Karakteristik Hasil Redaman Bending

Hasil perbedaan kualitas antar brand ini hendaknya diperhatikan oleh para provider/penyedia jasa jaringan yang menggunakan serat optik sebagai media transmisinya. Adanya perbedaan antar brand menunjukkan bahwa kualitas serat optik tetap tidak sama satu sama lainnya meskipun secara koridor standar sudah memenuhi spesifikasi. Untuk itu dapat lebih teliti lagi dalam pemilihannya di lapangan mengingat tidak ada perbedaan yang signifikan dari segi harga bagi tiap brand serat optik. Pemilihan jenis, desain kabel dan bahan materi serat optik harus lebih dipertimbangkan lagi, termasuk pengawasan pekerjaan instalasinya agar lebih ketat lagi, sehingga biaya yang dikeluarkan dalam investasi jaringan khususnya penggelaran serat optik lebih optimal dan mampu mendukung kelangsungan bisnis bagi operator. Hal ini hendaknya juga memberikan landasan cukup agar operator dapat lebih berkoordinasi dengan pemilik utilitas lainnya karena sebagian besar gangguan serat optik disebabkan oleh pihak ketiga yang sedang melakukan proses pembangunan jaringan utilitasnya. Bagi pemerintah sebagai regulator, lebih baik lagi untuk menerapkan kebijakan pembangunan utilitas baru, misalnya dengan membuat jalur bersama sehingga dapat mengurangi kemungkinan bongkar pasangnya jalan sebagai sarana meletakkan utilitas. Dalam rencana kerja pemerintah pusat dan daerah, dapat disusun rencana bersama, yang melibatkan seluruh pemilik utilitas agar dalam pelaksanaannya tidak berjalan sendiri-sendiri.

Hasil Redaman Splicing

Hasil analisis varians untuk mengetahui karakteristik redaman bending pada tiap brand FO/serat optik ditunjukkan seperti pada tabel 4.4 dan tabel 4.5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan jenis splicer dan jenis serat optik terhadap hasil redaman splicing. Hal ini ditandai dengan nilai p-value yang sangat kecil (7.7827 x 10-3 untuk jenis splicer, 7.2630 x 10-7 untuk jenis/brand serat optik). Tabel ANOVA tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara brand serat optik dengan jenis splicer yang digunakan pada saat proses penyambungan (p-value = 0.0003) dengan grafik seperti pada gambar 4.4.



Tabel 4.4 Analisis ANOVA Hasil Redaman Splicing tiap Brand Serat Optik



Tabel 4.5 P-value untuk Jenis Splicer dan Brand Serat Optik Analisis kualitas...,



Gambar 4.4 Interaction Plot Brand Serat Optik dan Jenis Splicer

Dari grafik pengaruh utama (main effect factor) terlihat bahwa hasil redaman sambungan yang paling baik adalah brand 2, kemudian brand 1 dan brand 3. Sedangkan splicer tipe 1 memiliki kualitas hasil sambungan yang lebih baik dari splicer tipe 2. Pemilihan tipe splicer ini tidak hanya mewakili brand saja, akan tetapi juga mewakili jenis teknologi splicer yang ada saat ini. Tipe 1 adalah splicer dengan teknologi LID (Light Injection Detection), sedangkan tipe 2 adalah splicer dengan teknologi PAS (Profile Alignment System). Interaksi kedua faktor sangatlah signifikan pengaruhnya terhadap besar redaman splicing yang ditimbulkan. Oleh karena itu, dalam kondisi praktis, perlu setiap pada saat melakukan penyambungan, dilakukan penyesuaian/pertimbangan dalam pemilihan tipe splicer apa yang digunakan, haruslah disesuaikan sehingga redaman splicing serat optik dapat minimal dan kualitas sistem komunikasi menjadi maksimal. Bagi operator maupun vendor yang mengerjakan suatu pekerjaan penggelaran serat optik, pemilihan jenis splicer ini harus menjadi perhatian, sehingga bisa memberikan keuntungan yang maksimal dalam menekan redaman sehingga cadangan daya yang disiapkan dalam perancangan sistem yang ditetapkan di awal, tidak cepat habis dan menimbulkan masalah dikemudian hari.



Gambar 4.5 Main Effect Graph Brand Serat Optik dan Jenis Splicer

Hasil Redaman Patching

Hasil analisis varians untuk mengetahui karakteristik redaman patching pada tiap brand serat optik ditunjukkan seperti pada tabel 4.6. Dengan nilai p-value yang kecil untuk jenis ODF dan lokasi penempatan ODF, memberikan arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan/pemilihan jenis ODF dan penempatannya, terhadap kualitas redaman patching (hipotesa awal ditolak).



Tabel 4.6 Analisis ANOVA Hasil Redaman Patching tiap Brand Serat Optik

Sedangkan interaksi antara antara jenis ODF dan lokasi penempatannya, tidaklah signifikan terhadap redaman patching yang ditimbulkan seperti ditunjukkan pada gambar 4.6. Dengan melihat dari besarnya p-value (0.8045 > 0.05) dan dari grafik interaction plot yang relatif sejajar, disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara pemilihan jenis ODF dan penempatannya.



Gambar 4.6 Interaction Plot Lokasi Penempatan dan Jenis ODF

Pada grafik pengaruh utama, terlihat bahwa lokasi penempatan ODF sangat signifikan terhadap kualitas redaman patching yang dihasilkan. Lokasi indoor lebih baik dari pada outdoor. Untuk itu dalam setiap perancangan sistem komunikasi serat optik dimana terdapat ODF di dalamnya, sebaiknya dapat diusahakan penempatannya adalah indoor (di dalam ruangan) sehingga kualitas sistem lebih optimal. Memang dalam penerapan di lapangan, tetap dipertimbangkan sejumlah faktor lain seperti dimensi dari tiap perangkat/ODF. Karena ODF sifatnya pasif (tidak memerlukan catu daya), pertimbangan konsumsi daya dapat diabaikan. Sedangkan pada jenis/tipe ODF, terlihat bahwa ODF tipe 1 lebih baik daripada ODF tipe 2. Selain space/dimensi yang telah disebutkan sebelumnya, pada penerapannya di lapangan tentunya juga harus mempertimbangkan harga. Sebagai gambaran, dengan kapasitas port yang sama, harga ODF tipe 1 adalah 150% dari harga ODF tipe 2. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor tadi, maka diharapkan sistem bisa lebih optimal sehingga cost of quality yang ditimbulkan akibat pemilihan salah satu jenis ODF dan penempatannya bisa lebih efektif dan efisien.



Gambar 4.7 Main Effect Graph Lokasi Penempatan dan Jenis ODF

Seperti telah disebutkan pada bab teori penunjang subbab 2.2.3.4 tentang analisis Power Budget, dalam suatu perencanaan sistem komunikasi serat optik, harus disediakan suatu cadangan daya untuk mengantisipasi berkurangnya daya penerimaan akibat sejumlah faktor redaman tadi. Oleh karena itu, analisis cadangan daya ini sangat berperan dalam suatu perancangan sistem komunikasi serat optik. Pada kenyataannya, cadangan daya ini berbanding lurus dengan biaya investasi dalam hal desain pengirim, desain penerima, termasuk desain media transmisi serat optiknya. Oleh karena itu, biasanya cadangan daya sebesar 5 dB diperkirakan sudah cukup mampu untuk menjamin kelangsungan sistem secara keseluruhan (umumnya sampai 10 sampai 15 tahun mendatang) . Ini sudah mengantisipasi antara lain degradasi perangkat pengirim dan penerima, degradasi serat optik maupun komponen lainnya. Akan tetapi pada kondisi tertentu, cadangan daya ini menjadi kurang jika terjadi kondisi ekstrim (misalnya frekuensi kabel putus sangat tinggi). Oleh karena itulah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih membantu semua pihak dalam mewujudkan sistem komunikasi serat optik yang reliable, sehingga serat optik sebagai media utama pendukung komunikasi broadband dapat lebih optimal, dan dapat memenuhi harapan pelanggan akan komunikasi yang berkualitas. Konversi redaman terhadap daya penerimaan dan daya yang hilang akibat redaman tersebut ditabelkan pada lampiran. Melihat besarnya pengaruh redaman bending, spicing dan patching yang ditimbulkan dari komponen terkait (brand serat optik, tipe splicer, jenis dan penempatan ODF), maka sangatlah bijaksana untuk memperhatikan sejumlah treatment dalam penerapannya. Hasil penelitian secara implisit merekomendasikan operator agar jeli dalam pengadaan tipe serat/kabel optik, pemilihan jenis splicer dan penerapan termination box/ODF. Hal ini harus dituangkan secara jelas dalam spesifikasi teknis, RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) pada setiap dokumen proses tender, termasuk dalam kegiatan O&M di lapangan pada dokumen SOP (Standard Operasional Procedure) dan SMP (Standard Maintenanance Procedure) untuk setiap treatment, sehingga jika terjadi integrasi produk, hasilnya lebih optimal. Terjalinnya koordinasi dan kerjasama yang baik antar mitra terkait (vendor, operator, regulator, dan pemilik sarana utilitas/pemda setempat) dapat menekan frekuensi gangguan kabel karena setiap informasi pekerjaan sipil termonitor melalui koordinasi rutin dan sistem pemantauan/pemeliharaan jaringan yang efektif 24/7. Bagi pelaksana (vendor, subkontraktor), perlu terus ditingkatan kualitas pekerja instalasi jaringan untuk mengurangi dampak redaman akibat kesalahan prosedur instalasi. Untuk itu juga perlu dibuatkan standard baku desain implementasi sistem komunikasi serat optik dan komponennya sangat diperlukan untuk setiap aplikasi di lapangan.

\setcounter{page}{71}

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai analisis data dengan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap pada data pemuliaan tanaman, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

• AMMI model tetap merupakan perkembangan AMMI dengan genotipe dan lokasi ditentukan secara subyektif oleh peneliti dan kesimpulan yang diharapkan hanya terbatas pada genotipe dan lokasi yang dicobakan saja. Adapun prosedur analisis AMMI model tetap adalah melakukan uji asumsi analisis ragam, menganalisis interaksi genotipe dengan lokasi, menentukan matriks kovarians, menentukan analisis komponen utama, menggabungkan analisis ragam dengan analisis komponen utama, dan menarik kesimpulan.

• AMMI model tetap ini dapat diaplikasikan dalam bidang pertanian, yaitu untuk menjelaskan interaksi antara genotipe dan lokasi sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menduga dan menyeleksi genotipe-genotipe yang beradaptasi stabil atau spesifik pada lokasi yang berbeda. Dalam buku ini digunakan data daya hasil tanaman padi yang terdiri dari genotipe Bondoyudo, Ngale I, Slegreng, Ciherang, BC-3, Way Apo Buru, Towuti, Sintanur, dan IR-64 yang diujikan pada lokasi Bangkalan, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro. Hasil dari analisis bahwa data daya hasil tanaman padi tidak terdapat interaksi jika dilakukan pengujian dengan rancangan 83 acak kelompok lengkap, tetapi terdapat interaksi antara genotipe dan lokasi jika dilihat dari gambaran Plot. Dalam kasus analisis data, model yang berlaku adalah AMMI-2. Dari pengujian AMMI model tetap menunjukkan bahwa genotipe yang dapat dikategorikan stabil dan beradaptasi dengan baik adalah Ngale I, Towuti, Ciherang, Sintanur, dan Slegreng sedangkan genotipe yang spesifik dan beradaptasi kurang produktif adalah BC-3, IR- 64, Way Apo Buru, dan Bondoyudo. Genotipe stabil dapat ditanam disembarang lingkungan (lokasi) karena mampu beradaptasi dengan baik sehingga menghasilkan produksi yang lebih besar daripada genotipe yang beradaptasi spesifik. Analisis AMMI berguna juga untuk membantu para pemulia tanaman untuk melakukan pengujian di masa yang akan datang, memperkirakan penampilan genotipe tanaman, menstratifikasikan lokasi pengujian, dan mengestimasi penempatan genotipe hasil pemuliaan tanaman.

Saran

Saran Dalam buku ini hanya terbatas pada pembahasan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction (AMMI) model tetap dan aplikasinya pada data pemuliaan tanaman padi. Sedangkan pembahasan mengenai Perkembangan AMMI (Model Campuran, Kategorik, dan Data Hilang) belum dibahas dalam buku ini. Oleh karena itu, sebagai saran untuk pembaca yang tertarik pada topik bahasan ini dapat membahas lebih dalam mengenai AMMI Model Campuran, Model Kategorik, atau Model Data Hilang dan aplikasinya.

\renewcommand\bibname{Daftar Pustaka}

Bibliography Ahmad Ansori Mattjik. (1998). Aplikasi Analisis Pengaruh Utama Aditif dengan Interaksi Ganda (UAIG) pada Data Simulasi. Jurnal Forum Statistika dan Komputasi.

Bibliography Ahmad Ansori Mattjik & I Made Sumertajaya. (2000). Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB jilid 1. Bogor: IPB Press.

Bibliography Alfian Futuhul Hadi & Halimatus Sa’diyah. (2004). Model AMMI untuk Analisis Interaksi Genotipe × Lokasi. Jurnal Ilmu Dasar. 5(1).

Bibliography Balestre M, Von, R.G., Souza, J.C, & Oliveira, R.L. (2009). Genotypic stability and adaptability in tropical maize based on AMMI and GGE biplot analysis. Jurnal Genetics and Molecular Research. 8(4).

Bibliography Fikere, M., Tadesse, T. & Letta, T. (2008). Genotype-Environment Interactions and Stability Parameters for Grain Yield of Faba Bean (Vacia faba L.) Genotypes Grown in South Eastern Ethiopia. Int. J. Sustain. 3(6).

Bibliography Gaspersz, V. (1991). Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Bandung: Tarsito.

Bibliography Gomez, K.A. & Gomez, A.A. (1995). Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta: UI Press.

Bibliography Howard, A. (1995). Aljabar Linear Elementer (edisi kelima) (Pantur Silaban dan Nyoman Susila, Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Bibliography I Made Sumertajaya. (2007). Analisis Statistik Interaksi Genotipe dengan Lingkungan. Departemen Statistik. Fakultas Matematika dan IPA. Bogor: IPB.

Bibliography I Made Sumertajaya, Ahmad Anshori Mattjik, & I Gede Nyoman Mindra Jaya. (2008). Analisis Interaksi Genotipe x Lingkungan Menggunakan Structural Equation Modeling. Jurnal Pythagoras. 4(1).

Bibliography Is Fatimah & Jaka Nugraha. (2005). Identifikasi Hasil Pirolisis Serbuk Kayu Jati Menggunakan Principal Component Analysis. Jurnal Ilmu Dasar. 6(1).

Bibliography Johnson, R.A. & Wichern, D.W.. (1996). Applied Multivariate Statistical Analysis 3rd ed. New Jersey: Prentice-Hall.

Bibliography Kemas Ali Hanafiah. (2000). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bibliography Leon, S.J. (2001). Linear Algebra with Application, 5th edition. (Alit Bondan, Terjemahan). New Jersey: Prentice Hall. Buku Asli diterbitkan tahun 1998.

Bibliography Purbayu Santoso Budi & Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta : ANDI offset.

Bibliography Steel, R.G.D. & Torrie, J.H. (1993). Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta: Gramedia.

Bibliography Sudjana. (1980). Disain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito.

Bibliography Suntoyo Yitnosumarto. (1991). Percobaan Perancangan, Analisis, dan Interpretasinya. Jakarta: Gramedia.

Bibliography Supranto, M.A. (2004). Ekonometrika. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Bibliography Suryanto. (1998). Metode Statistika Multivariat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Bibliography Suryo Guritno. (2005). Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UGM Press.

Bibliography Tri Hastini, Anggia, E.P., Putra, R.Y., Farida, Ruswandi, S., Rostini, N., Ruswandi, D. (2008). Seleksi Hibrida Topcross Jagung Manis Sr Unpad di tiga lokasi di Jawa Barat Berdasarkan Stabilitas dan Adaptabilitas. Jurnal Zuriat. 19(1).